“Mereka berseloroh, mengatai aku bodoh. Yang ada justru perasaan ini tumbuh makin kokoh. Aku menikmati posisiku, yang dari jarak seberapapun tak akan terasa mengusik bagimu. Berada di titik ini sudah memberikan kebahagiaan luar biasa, menjanjikan kelegaan bisa menjagamu tanpa mengubah apapun dalam dirimu. Malah kuharap kamu tidak akan pernah tahu. Biar bentuk perasaan ini terus saja begini.”
Adakah yang berdesir dalam dadamu saat membaca sajak di atas? Atau malah ada yang sedang merasakan hal yang sama? Atau ada yang langsung ngacir ke kamar, mengunci pintu, lalu memeluk guling erat-erat sambil memutar lagu-lagu galau? Cieeee.
Menjadi pengagum rahasia atau mencintai seseorang secara diam-diam selalu terasa sadis. Kedua hal tersebut identik dengan perasaan sepihak, takut cintanya tak berbalas, atau malah bertepuk sebelah tangan. Orang-orang yang bertahan dalam cara mencintai seperti di atas dianggap memiliki ketulusan yang luar biasa.
Meski terus berusaha menahan gundah karena tidak mengungkapkan perasaan yang sebenarnya, toh rasa cinta itu tetap ada, atau justru bertumbuh lebih besar. Tapi ternyata, ada orang yang memang menikmati cara mencintai diam-diam tersebut. Cinta yang semacam itu disebut sebagai cinta platonis. Platonis agaknya familiar di telinga kita karena teringat pada seorang filsuf besar Yunani bernama Plato.
Dalam naskah berjudul “Symposium”, Plato mencetuskan istilah cinta platonis yang intinya adalah cinta terhadap jiwa lebih sejati daripada cinta terhadap tubuh. Plato merupakan seorang filsuf yang menggagas pemikiran mengenai dunia ide. Dalam dunia ide, kita bisa menciptakan apa saja seideal dan sesempurna mungkin. Sedangkan apa yang ada di dunia nyata atau realitas hanyalah sebagian perwujudan dari gambaran sempurna di dunia ide.
Dari gagasan tersebut, Plato meyebutkan bahwa hal-hal dalam dunia ide yang diwujudkan ke dunia nyata menjadi tidak ideal lagi, tidak sesempurna gambaran yang diciptakan oleh pemikirnya.
Misal, seorang perempuan bernama Ani sedang naksir berat pada laki-laki bernama Budi. Ani tergila-gila pada sosok Budi yang ramah, berwibawa dan berparas tampan. Budi yang nyaris sempurna dan digilai juga oleh beberapa perempuan selain Ani membuatnya takut untuk menunjukkan atau bahkan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.
Ani sudah merasa puas dengan curi-curi pandang mengamati Budi dari kejauhan dan mendengar cerita-cerita tentang Budi dari orang lain. Meski Ani dan Budi sesekali bertegur sapa, tak ada sedikitpun niat Ani untuk menunjukkan perhatian lebih pada Budi agar sedikit terbaca isi hatinya.
Ani lebih memilih membayangkan kebersamaannya dengan Budi dalam khayalan, dalam dunia idenya. Karena dalam dunia idenya, Ani bisa menciptakan hubungan yang dia mau dengan Budi. Bahkan Ani bisa merasakan Budi memeluknya dan membisikkan kalimat-kalimat cinta di tepian danau dalam suasana gerimis. Ani bisa membuat Budi melakukan apa saja untuknya dalam dunia ide.
Pilihan Ani untuk mencintai Budi dalam dunia idenya saja inilah yang disebut dengan cinta platonis. Ani tidak ingin kesempurnaan hubungannya dengan Budi yang sudah susah payah dibangun dalam dunia ide tak akan sama lagi apabila perasaan ini dia ungkapkan. Tapi, dengan memilih mencintai Budi secara platonis, Ani jadi tidak memiliki kesempatan untuk memiliki Budi dalam kesadaran yang sebenar-benarnya. Butuh keahlian khusus dan ketulusan yang luar biasa ya, guys untuk mencintai seseorang seperti Ani ke Budi.
Di luar sana sebenarnya masih banyak orang-orang yang menganut cinta platonis. Bahkan seseorang yang sudah memiliki kekasih atau bahkan suami/istri, bisa saja masih menyimpan sosok cinta platonisnya dalam dunia ide. Ngeri, ya! Jangan sampai, deh pasanganmu ternyata diam-diam dalam dunia idenya sedang sibuk membangun hubungan dengan sosok selain kamu.
Bagi yang masih bertahan jadi pengagum rahasia atau berniat terus mempertahankan rasa cintanya pada seseorang secara diam-diam, barangkali kamu salah satu penganut setia cinta platonis ini. Sampai kapan sih kamu puas hanya memilikinya dalam angan-angan? Apakah tidak ada keinginan untuk menyentuhnya atau menghalalkannya dengan segera?
Beranikan dirimu untuk menyatakan perasaan pada seseorang yang kamu tuju. Rayakan cintamu sebagai anugerah dari Tuhan. Kita cuma manusia biasa, guys! Nggak akan kuat, deh kelamaan mempertahankan cinta platonis. Yuk, ungkapkan perasaanmu ke si dia!
Tulisan ini adalah kiriman dari IDN Community. Kalau kamu ingin mengirimkan artikelmu, kirimkan ke community@idntimes.com
Betah Jadi Pengagum Rahasia atau Mencintai Diam-diam? Kenalan Sama Cinta Platonis, Yuk!
read more
0 komentar:
Posting Komentar