Bicara banyak mengenai cinta, sama rumitnya seperti memaknai kehidupan. Ada berbagai macam tafsir di dalamnya. Semisal cinta hanyalah efek dari hormon yang dihasilkan oleh tubuh dalam proses biologis.
Pendapat yang lain mengatakan cinta merupakan probabilitas keacakan semesta dimana seseorang bertemu dengan orang yang memiliki singkronitas kepribadian tertinggi dengan dirinya. Apa pun itu mengenai cinta, mari berbicara lebih dalam soal ini dari sudut pandang ilmiah!
1. Kalimat seperti “Kita tercipta jadi satu” atau “Kita ada untuk melengkapi satu sama lain” tidak tepat untuk diucapkan.
Kalimat yang menekankan kesatuan di atas sungguh jangan kau katakan kepada pasangan. Kalimat-kalimat macam itu memberi kesan kamu memaksa pasanganmu untuk hanya bersamamu. Ini tertulis dalam jurnal eksperimen psikologi sosial yang ditulis Spike WS Lee dan Norbert Schwarz.
Apalagi bila dikatakan saat sedang bertengkar bersama pasangan. Kamu seolah malah lari dari kewajiban diskusi untuk menyelesaikan masalah dengan menekankan pembicaraan pada hal yang irasional.
2. Melissa Dahl berkata kepercayaan terhadap belahan jiwa dan takdir, justru dapat menghancurkan hubungan.
Melissa mengatakannya dalam jurnal “At The Science of Us”. Ia mengutip pembicaraan psikologis ternama, Benjamin Lee. Menurutnya, orang yang terlalu menggantungkan diri pada takdir justru malas untuk berusaha. Ia akan terkesan tidak berniat menyelesaikan konflik dalam hubungan.
3. Cinta adalah mengenai perjuangan, belajar memperkuat komitmen untuk bersama.
Dari penelitiannya, Benjamin Lee memiliki temuan sederhana. Pasangan yang berpikir cinta adalah sebuah perjuangan melewati jalan terjal bersama, memiliki ikatan yang lebih kuat. Ini disebabkan kemampuan menyelesaikan masalah yang lebih baik dengan belajar dari pengalaman lalu.
Baca Juga: Ini Bedanya Tertarik, Kagum, Suka, Sayang, dan Cinta!
4. Carol S Dweck mengatakan, pujian atas usaha akan berdampak lebih baik daripada pujian biasa.
Carol mendapatkan ide tersebut ketika melihat seorang anak kecil. Ia kemudian meneliti, mana sih yang lebih membuat si anak bersemangat. Apakah memuji dia pintar atau mengucapkan selamat atas kerja kerasnya dalam menyelesaikan masalah. Anak tersebut ternyata lebih bersemangat saat dipuji karena telah berusaha keras.
5. Orang yang dipuji dengan hal-hal baik, akan lebih peduli pada hasil daripada proses.
Ketika orang hanya peduli pada hasil, ia menjadi lembek dan tidak menyukai risiko. Bila berhadapan dengan sesuatu yang mengancam, ia lebih memilih menyingkir daripada menghadapinya. “Padahal orang yang berani mengambil risiko memiliki kemungkinan sukses lebih besar”, ujar Carol.
6. Peter Orszag mengatakan, ada dua tipe cara pikir manusia dewasa di dunia.
Pertama adalah manusia yang berpikir kualitas seseorang sudah ditakdirkan tetap. Kedua ialah cara pikir yang memandang kualitas manusia dapat berkembang seiring pengalaman. Cara pikir kedua memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik karena bersedia mempelajari sesuatu, termasuk cara merawat hubungan dengan kekasih.
7. Namun bukan berarti mempercayakan cinta pada takdir itu buruk.
Percaya pada takdir mengenai perihal cinta tidak sepenuhnya buruk. Semisal cinta pada pandangan pertama alih-alih melakukan proses PDKT selama berbulan-bulan. Cintanya terasa begitu alami dan berhasrat tinggi. Namun bila tidak diperlihara, akan memudar seiring bertambahnya usia.
Nah, apakah kamu akan menunggu cintamu datang suatu hari nanti atau mulai berusaha mengejarnya dari sekarang? Pilihan ada di tanganmu.
Saat Sains Bisa Menjelaskan "Apa Itu Cinta", Penjelasan Ini Bikin Kamu Kaget!
read more
0 komentar:
Posting Komentar